26 Juli 2008

Manajemen Berpolitik Binatang



DUNIA POLITIK, seperti lirik lagu Iwan Fals, agaknya memang dunia hura-hura para binatang. Di sana terkumpul sejumlah orang dengan berjumlah-jumlah muslihat. Semua orang adalah musuh. Bisa jadi, teman, yang selama ini akrab tiba-tiba saja jadi musuh yang mematikan. Bila ingin masuk ke dunia itu, siap-siaplah membunuh, bahkan, ibu kandungmu sendiri.


Tapi, tentu tak selamanya politik identik dengan perilaku tak manusiawi. Banyak sisi baik yang bisa diperoleh. Di sana ada manajemen yang rapi. Dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai pada pengawasan.

Perencanaan
Sekawanan politikus pertama-tama akan berkumpul, biasanya di hotel atau restoran. Mereka
berdiskusi menyusun rencana bagaimana menghantam musuh, seperti menyusun strategi perang. Sekecil amubapun kelemahan musuh, harus ditemukan dalam pertemuan itu. Setelah itu, baru memikirkan bagaimana menutupi mata masyarakat pada kehebatan atau keunggulan lawan politik (baca: si brengsek) itu.

Setelah gempuran rapi disusun. Sekarang giliran mencari celah menonjolkan kebaikan ikon politik yang ingin diusung. Tentu saja segala kelemahannya dimanipulasi agar tak terlalu mencolok. Nah, mereka akan terlihat seperti segerombolan anjing liar mengintai ratusan rusa yang tengah merumput.

Kita bisa ambil contoh, tak jauh-jauh, di Padang ini saja. Bulan Agustus mendatang pemda akan mengadakan Padang Fair 2008. Nah, kalau tak sebentar lagi akan datang ajang pilkada, tema yang diusung tak akan dipersoalkan. Coba lihat saja, kenapa pula acara yang sedianya memeriahkan ulang tahun kota Padang itu bertema mempublikasikan hasil pembangunan yang dibuat Fauzi Bahar, sang walikota. Kenapa lagi kalau bukan ingin memanipulasi Padang Fair menjadi iklan si incumbent. Itu cuma contoh kasat mata, yang tak tampak serupa jin lebih banyak lagi. Tapi, masyarakat bukannya tak tahu; tak mau tahu malah. Perut mereka lebih berarti daripada memikirkan otak busuk pemimpin mereka.

Pengorganisasian
Setiap anggota kawanan, ditempatkan sesuai dengan keahlian masing-masing. Ada yang bertugas sebagai juru bicara, juru lobi, penyandang dana dan sebagainya.

Pelaksanaan
Si Juru Bicara, harus sesegera mungkin menyiapkan konsep memutarbalikkan apa saja, asal sang bos benar-benar mengungguli musuh. Si Juru Lobi, melompat sana-lompat sini, serupa tupai. Di satu kawasan, ia akan mencari Tuan Tanah atau lebih tepatnya orang yang paling berpengaruh. Selipkan sesobek panjar, lalu bisikkan sebuah iming kesejahteraan. Setelah itu, secepat cheetah memburu mangsa lain. Semetara itu, penyandang dana menghitung seluruh pengeluaran, biar nanti bisa ditentukan berapa keuntungan yang harus ditagih pada ikon jika terpilih.

Pengawasan
Setiap anggota harus menjalankan pekerjaan sesuai rencana pada kapasitas masing-masing. Mereka akan diawasi sangat terliti, seperti elang mengawasi seekor ular di udara dengan jarak ratusan meter.

Seandainya sang ikon menang, berbahagialah seluruh kawanan, kecuali banyak masyarkat miskin yang terlanjur terbuai iming-iming, mereka kembali ke dunia mereka, dunia susah. Sebab mereka memang cuma sekedar objekan.

Bila kalah, rencana menjatuhkan musuh harus disusun. Di antara anggota akan ada yang berpaling ke pemimpin terpilih dan menjilat.

Apa manfaat yang dapat diambil? Segala sesuatu memang harus dimanajemeni dengan baik, meniru perusahaan profesional. Anjing liar saja, tak biasa menyerbu mangsa tanpa mengintai terlebih dahulu, dan membagi posisi serangan pada masing-masing anggota kawanan. Tapi sayangnya, anjing liar tak ada yang berkhianat pada kelompoknya.

Selamat menerapkan manajemen politik ala binatang pada urusan sekecil apapun!

2 komentar:

Artha Web ID mengatakan...

makasi kunjungannya ke http://artha.web.id Link telah disambungkan Terima Kasih

Anonim mengatakan...

pertanyaan anda sudah aku jawab mas..